Selasa, 11 Januari 2011

keyboardist terbaik dunia

Awal tahun ini album Avantasia akan dirilis dalam dua bagian: "The Wicked Symphony" dan "Angel of Babel". Tobias sendiri sedang berada di studio bersama dengan produser Sascha Paeth dalam menggarap album "Rock Opera" Avantasia yang baru yang dibintangi oleh beberapa musisi seperti Klaus Meine (Scorpions), Ripper Owens (ex-Judas Priest) Michael Kiske (ex-Helloween), Jørn Lande (Masterplan), Bob Catley (Magnum), Russell Allen (Symphony X), Eric Singer (Kiss), Felix Bohnke (Edguy), Alex Holzwarth (Rhapsody) dan beberapa musisi lain.
Menurut kabar terbaru di album Avantasia ini, Tobias mengajak seorang keyboardis yang namanya sudah tidak asing lagi bagi para penggemar music metal dan dia adalah salah satu keyboardis neo-klasik terbaik dunia . Dia adalah pemain keyboard yang juga pernah ber-duel dengan Yngwie Malmsteen di era delapan puluhan, dia juga bermain dengan Ronnie James Dio, dia adalah salah satu anggota Stratovarius, dia adalah Mr. Jens Johansson.
Tobias mengatakan: "Aku sudah mengenal Jens selama bertahun-tahun , Kami menjadi saling kenal sejak Jens bermain di solo album Timo Kotipelto ketika mereka bergabung dengan Edguy untuk tur Amerika Selatan beberapa tahun lalu. Dia memang pemain keyboard yang jenius dan semua terlihat menakjubkan bagi saya. Banyak orang dapat bermain keyboard dengan cepat, tapi tidak seperti Jens yang mampu memainkan keyboard sesuai note-note nya dengan tepat dan terdengar sangat bersih dan rapi. Saya tidak tahu apakah dia adalah keyboarder tercepat di dunia, tapi saya ingin berpikir demikian, setidaknya saya tidak pernah mendengar yang lebih cepat dari-nya."

daftar keyboardis terbaik indonesia

Jumlah keyboardis mungkin tak terhitung. Bagi anda, sebagai seorang keyboardis, mungkin cukup membingungkan, siapa saja diantara mereka yang begitu banyak, yang layak dijadikan panutan baik dari segi kualitas bermain atau pun attitude-nya.


Inilah para Maestro tersebut (versi penulis), berdasarkan:

Skill individual, pengaruh permainannya terhadap sebuah lagu, dapat mengangkat musikalitas dalam band (jika personel band), mendapatkan penghargan bahkan di ajang dunia, turut menulis/mengaransemen lagu, dan akhirnya menjadi legend dalam dunia musik Indonesia.

Jocky Suryoprayogo (God Bless)

Bagi para pemain rock, nama besar musisi ini jelas tak asing lagi. Dia-lah keyboardis rock terhebat dalam sejarah musik Indonesia. Selain keyboardis di grup band raksasa, God Bless, sosok Jocky juga penulis lagu dan arranger hits-hits God Bless. Lagu-lagu dan permainan keyboard-nya, masih kerap dijadikan refrensi para musisi masa kini, hingga di ajang festival. Nada-nada pilihannya selalu terdengar mendominasi, komersil, dan perkasa. Lagu berjudul Musisi milik God Bless, menjadi semacam masterpiece bagi permainannya yang dikenal hingga level dunia. Lagu tersebut juga masih sering dijadikan lagu wajib dalam ajang-ajang festival band di tanah air.


Fariz RM

Tak hanya, seorang keyboardis, sosok yang satu ini juga pencipta banyak hits romantis namun sarat dengan permainan berkualitas, yang masih dimainkan banyak orang hingga saat ini. Hits Sakura dan Barcelona menjadi semacam signature status legendarisnya yang tak hanya diakui para pendengar awam, tapi juga oleh para musisi. Bahkan para personil band besar sekelas KLA Project, jika ditanya, siapa salah satu musisi favorit mereka?
Jawabannya adalah Fariz RM.


Indra Lesmana

Dia lah putra sang musis besar Jazz, Jack Lesmana, yang mampu meneruskan nama besar sang Ayah. Membuktikan bahwa darah seni dan jazz mengalir kental dalam dirinya. Pernah bersolo karir, tergabung dalam group musik penuh dengan musisi ternama (Adegan), dan mampu eksis hingga saat ini Tak ada yang berani mengatakan kesuksesannya karena di bawah bayang-bayang nama besar sang Ayah. Dan tak akan ada pula yang menyangkal kalau namanya layak dijadikan contoh bagi para keyboardis.
Indra Lesmana adalah seorang legenda.


Dwiki Dharmawan

Menjadi keyboardis Krakatau Band , yang sudah dikenal sejak masa 1990-an. Dengan beberapa hits single yang masih enak dinikmati hingga sekarang. Sosok Dwiki seperti mengundurkan diri dari hingar-bingar dunia musik profesional, saat ia menikahi sang vokalis tenar Ita Purnamasari. Namun ternyata muncul lagi dengan satu gebrakan, menjadi salah seorang Pengelola Sekolah Musik besar dengan banyak murid, sekaligus memimpin sebuah orkestra yang banyak mengiringi artis-artis besar masa kini.


Adi Adrian (KLA Project)

Keyboardis yang satu ini terlihat lebih kalem dibanding personil KLA Project yang lain. Namun permainan keyboardnya, mampu memberikan suatu pencerahan bagi group musiknya. Nama besarnya seiring dengan besarnya group band tersebut. Permainan keyboardnya terdengar khas, berkualitas, serta bernuansa dalam hits-hits KLA Project, seperti Semoga dan Yogyakarta.


Yovie Widianto (Kahitna, Yovie & Nuno)

Figur ini salah satu yang mampu bertahan diantara bermunculannya para musisi baru. Mulai dikenal sejak sebagai keyboardis Kahitna yang melahirkan banyak Hits. Sentuhan permainan keyboardnya terdengar kaya. Selain Kahitna, Yovie mampu membesarkan group band Yovie&Nuno dan terlibat dalam pembuatan album banyak artis. Masih eksis hingga saat ini dan menjadi salah satu sosok yang permainannya layak dijadikan refrensi.


Tony Elyson (Java Jive)

Kehebatan nuansa dan kualitas musik yang mampu diciptakan group Band di era 1990-an, Java Jive, tak lepas dari pilihan sound dan nada-nada yang dikreasikan sang keyboardis. Tony termasuk salah satu keyboardis yang mampu menghidupkan sebuah lagu dengan permainannya yang penuh warna. Alunan keyboardnya-pada hits Java Jive sepeti Menikah dan Pretty Little Angel, membuktikan dirinya bukan sekadar hiasan, namun unsur penentu yang sentuhannya adalah pemanis di setiap lagu.


Ricky FM (Five Minutes)

Satu yang bertahan diantara sedikit yang terbaik. Siapa tak kenal dengan group band Five Minutes, yang muncul sejak awal 1990-an, dan mampu bertahan hingga saat ini, di tengah lahir dan binasanya banyak group band. Five Minutes, meski beberapa kali berganti personil, namun bisa tetap eksis, di tangan dingin sang keyboardis. Sosok yang satu ini juga sering terlibat dalam pembuatan album artis-artis lain. Ricky juga salah satu keyboardis yang berani mengeksplor berbagai macam voice untuk menghiasi hits-hits five minutes, dengan dibungkus permainan yang tak mudah diikuti.

Bentuk2 musik keyboard

Organ…? Kibor…? atau Keyboard…?
Kibor? atau
Yamaha PSR 2100? atau
Keyboard Yamaha PSR 2100? atau
Kibor Yamaha PSR 2100?
Hari-hari yang kulalui selalu berjumpa nama baru untuk alat musik sejenis ini (keyboard). Ada yang mengatakan “organ kecil” dan juga “piano kecil”, ternyata maksudnya adalah melodica. Yang lain menyebutnya “organ”, padahal maksudnya Yamaha PSR 2100.
Pipe Organ
Awalnya sebutan untuk alat musik ini tidak mempengaruhi pikiran saya, namun bermula ketika saya hendak mengajar mata pelajaran Seni Musik di sebuah SMA (agustus ”08), materinya adalah pengenalan alat-alat musik modern.  Maka bahan-bahan pengajaran segera kupersiapkan. Tetapi, sesampainya materi yang kupersiapkan pada sebuah alat yang dinamai keyboard ini, i am stuck!!, saya dibuat berpikir banyak olehnya, karena teringat piano kecil tadi.
Ternyata dalam mengelompokkan sebuah alat musik kedalam suatu kategori, kadangkala kita dibuat pusing oleh alat itu sendiri, terlebih jika alat tersebut memiliki banyak fungsi. Nama/sebutan apa yang sebenarnya tepat untuknya?. Lets begin
Kata Kibor (menurut saya) hanya berupa penulisan berdasarkan pengucapan dari kata keyboard dalam bahasa inggris, dan merupakan sebutan yang lazim digunakan sebagai nama untuk menyebutkan alat musik seperti Yamaha PSR 2100, Roland E50, atau Korg TR-61, dan lain sebagainya.
roland e50
Dalam bidang musik, istilah ini berpengertian sama dengan : Klavier (jerman), Clavier (Perancis), klaviatuur (belanda), atau keyboard (inggris), yang berarti : papan bilah-bilah nada (Soeharto, M. Kamus Musik. Jakarta : PT Gramedia. 1992), disingkat “papan nada”.
Disini terdapat kerancuan, dan pertanyaannya adalah : berapa banyakkah alat musik dalam bentuk dan fungsi apapun yang menggunakan papan nada (keyboard instrument) seperti ini?
Papan Nada
Melodica
Melodica
Accordeon
Keytar
Sudah tentu bahwa alat-alat musik ini berbeda antara satu dengan lainya, persamaannya hanya terletak pada penggunaan media penghantar yang sama, yaitu keyboard atau papan nada. “keyboard” adalah sebuah instrumen atau media penghantar saja, bukan “nama” yang tepat untuk menyebutkan (mewakilkan) suatu tipe dan merk dari alat musik seperti Yamaha PSR 2100, Roland…, dan lain sebagainya.
Yang terbaik saat ini adalah sebutkan saja langsung merk dan tipenya : Yamaha PSR 3000, atau hanya PSR 2100, atau Roland E 86, Casio…, dan lain sebagainya. Kalau mau lengkap, tambahkan jenis instrumennya (keyboard), Keyboard Yamaha PSR 2100.
Nah…!! disini letak dilemanya, sebab ternyata, nama keyboard adalah singkatan yang sering digunakan hanya karena : sebagian orang (yang mengerti) enggan menjelaskan, atau yang kepadanya dijelaskan “memang enggan mengetahuinya”, atau karena memang “terlalu panjang” :) , hingga untuk mempermudah, kita sering menyingkatnya untuk melancarkan sebuah obrolan (termasuk saya) :) . Pada akhirnya ini menjadi pemahaman umum dalam menyebut alat musik tersebut tadi. Memang tidak mudah untuk merubah pemahaman yang sudah memasyarakat, karena pemahaman dan pengertian dari setiap individu dalam masyarakat terhadap keyboard berbeda. Ini semua tentang sejauh mana kita mau menjelaskan kepada seseorang pada ‘saat itu’ mengenai alat musik tertentu yang baru dikenalinya

artikel tentang keyboard

Guys, sebelum loe maenin alat musik satu ini, ngga ada salahnya donk loe tau sedikit tentang sejarah alat musik yang loe mainin ini…
Jika dilihat dari penampilan fisiknya, Keyboard berbeda dengan Grand Piano. Keyboard terlihat lebih kecil dan lebih ringan, sehingga sangat mudah untuk dipindahkan atau dibawa. Suara yang dihasilkanpun agak berbeda dibandingkan dengan grand piano.
Alat musik Keyboard mendapatkan suaranya dari manipulasi kunci-kunci. Ada yang ditekan (menggunakan jari tangan), dan ada juga yang dipijak (menggunakan kaki). Susunan Keyboard arahnya mengikuti logika, dari kiri nada-nada rendah, ke kanan nada-nada tinggi. Susunan kiri-kanan bass ke treble juga berlaku demikian.

Sejarah

Instrumen Keyboard sudah ada sejak zaman kuno. Tidak jelas awalnya yang tepat. Dalam tangga nada barat disebut diatonis, dan terbagi dalam 12 nada. Ada nada penuh dan ada nada semi-tone. Pada instrumen Keyboard, kedua kelompok nada ini biasa dibedakan dengan kunci berwarna terang dan gelap.
Susunan deret kunci yang kromatik (mencakup 12 nada) muncul di Eropa pada abad ke-14. Pada awal kemunculannya, bilah-bilah (tutsnya) masih dalam ukuran sangat lebar. Satu bilah bisa beberapa sentimeter lebarnya, hingga tidak banyak nada harmoni yang bisa dihasilkan. Baru pada abad ke-16, muncul pembakuan tuts. Ini berarti nada diatonik bisa dicakup dalam lebar satu tangan, hingga musik harmonik pun bisa dihasilkan. Pada perkembangan baru ini, kunci putih dan hitam juga sudah diciptakan.
Keyboard elektronik baru muncul pada abad ke-20. Pertama kali dipasarkan oleh Laurens Hammond di Amerika Serikat pada tahun 1935. Sejak saat itu mulai berkembang instrumen yang sekarang ini menjadi rajanya alat musik. Suara orkes simponi pun dengan puluhan instrumen bisa dihasilkan oleh satu buah Keyboard saja.
Era Synthesizer
Munculnya transistor silikon dengan harga yang murah dan kualitas atas memudahkan upaya para insinyur untuk mengembangkan instrumen musik penghasil suara. Alat yang ringkas dan dapat menghasilkan suara konvensional seperti suara akustik sebagaimana yang dihasilkan dawai, gendang, atau alat tiup, maupun suara yang tidak lazim seperti suara atonal semacam derit antar logam.
Pada tahun 1962 seorang insinyur Italia Paolo Ketoff mengeluarkan instrumen yang disebut Synket. Alat ini menghasilkan musik eksperimental yang bagi pendengar awam tidak musikal. Dua tahun kemudian di Amerika muncul alat musik yang diciptakan Donald Buchla dan satunya oleh Robert Moog. Alat Donald Buchla tidak menggunakan kibor sebagai perangkat memainkannya melainkan dengan permukaan yang sensitif terhadap sentuhan. Robert Moog membuat alat yang menggunakan kibor sebagai perangkat pengolahnya. Di sisinya pun dipasang alat pengontrol yang konvensional seperti tombol putar untuk mengeraskan dan memelainkan suara, maupun untuk mengatur tinggi rendahnya nada yang dihasilkan.
Ciptaan Robert Moog ini lebih memudahkan penggunaannya untuk mengalunkan musik tradisional dalam tatanan suara baru. Karya-karya Johan Sebastian Bach bisa dimainkan dengan Mini Moog, begitu alatnya disebut. Ketika itu alat ini belum bisa memainkan nada harmonik. Hanya satu-satu nada bisa dimainkan, hingga instrumen ini populer sebagai pembawa melodi pada musik pop. Musik rock termasuk yang pertama mengadopsi alat ini dalam genre progresive rock pada band seperti Yes, Genesis, Emerson Lake and Palmer.
Era Digital
Baru pada tahun 1980 synthesizer dapat mengeluarkan suara harmonik. Peralatan pertama yang terkenal adalah Yamaha DX-7 yang keluar 1983. Peralatan ini menggunakan pengembangan synthesizer dari zaman Robert Moog dengan Frequenty Modulation Synthesis yang dirancang oleh John Chowning dari Stanford University di Palo Alto, California. FM menghasilkan variasi timbre dengan cara mengubah frekuensi suatu gelombang dengan amplitudo gelombang lain yang proposional. Yamaha DX-7 memiliki kibor lima oktaf. Lebih dari 100.000 perangkat ini dijual Yamaha.
Kemudian pada tahun berikutnya Casio mengeluarkan CZ-101 yang menggunakan baterai untuk tenaganya. Memiliki empat suara dan mengikuti kemampuan synthesizer analog. Harga jual CZ-101 ini hanya seperempat dari harga Yamaha DX-7 hingga popularitas kibor elektronik menjadi sangat meningkat.
Suara-suara bisa direkam. Hasil rekaman ini berupa gelombang nada yang diterjemahkan sebagai data digital. Data digital ini bisa diolah dan dibunyikan ulang dengan kontrol musikal. Ini yang disebut sampling instrument. Sampling ini telah menjadi bagian yang umum dalam instrumen kibor elektronik.
Sampling pertama dikeluarkan pada tahun 1970 oleh Fairlight Computer Musical Instrumen (CMI) di Sydney, Australia. Fairlight CMI adalah perangkat komputer umum dengan tambahan perangkat yang dapat merekam dan mengubahnya jadi data digital (digitize), kemudian menyimpan dan memainkan ulang pada instrumen kibor.
Kemampuan simpan dan memainkan ulang ini dikembangkan oleh Raymond Kurzweil pada tahun 1984 melalui perangkat yang disebut Kurzweil 250. Pada kibornya itu terdapat kode-kode digital dari suara grand piano, alat musik gesek (string), dan banyak lagi timbre alat musik orkestra. Alat ini selain ditujukan untuk penggunaan pertunjukan juga ditujukan untuk membuat komposisi. Kibor yang berkembang dengan kemampuan synthesizer polifoni dan sampling disebut workstation musikal.
Pada tahun 1983 beberapa manufaktur instrumen musik bersepakat untuk tata cara menggabungkan berbagai peralatan musik agar bisa bekerja dalam suatu perangkat komputer. Hasilnya adalah Musical Instrument Digital Interface atau MIDI.
MIDI menjadi cara untuk memerintahkan nada apa yang dimainkan dalam timbre apa, nuansa apa, dan seterusnya. Dengan perangkat komputer dan program yang sesuai maka dapat dilakukan seperti apa yang bisa dikerjakan pada workstation musikal yang canggih. Sekarang ini dunia pertunjukan musik selalu menyertakan instrumen ringkas kibor elektronik seperti ini.
Dan di Era Digital ini, dibanyak tempat pertunjukan sekarang ini, sangat tidak aneh melihat seorang pemain Keyboard solo yang memainkan musik lengkap seperti sebuah band sedang bermain. Ada suara melodi gitar, pengiring piano, suara gitar bas dan derap drum. Inilah Keyboard yang dinamakan multifungsi.
Alat musik Keyboard yang didukung kelengkapan teknologi suara digital memang semakin dicari orang. Apalagi, instrumen dengan sederetan tuts itu kini bisa ditugaskan berlipat ganda. Keyboard dapat mewakili berbagai suara alat musik yang lain. Bakat bermusik bisa lebih ditunjang oleh perangkat yang multifungsi, yakni keyboard. Maka jangan heran bila yang berbelanja instrumen musik serbaguna tidak hanya dilakukan oleh para pekerja musik. Ini dikarenakan hampir setiap orang ingin menghasilkan musik yang indah atau enak didengar